Demo Mahasiswa di DPRK Aceh Barat Ricuh, Polisi Bubarkan Massa dengan Gas Air Mata

Sebastianopuccio.com | Aksi demonstrasi besar-besaran kembali mengguncang Kabupaten Aceh Barat. Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, menggelar aksi di depan Gedung DPRK Aceh Barat pada Senin (1/9/2025). Massa datang dengan membawa spanduk, pengeras suara, serta orasi lantang yang menyoroti berbagai isu nasional maupun lokal.

Read More : Travel Medan Meulaboh

Sejak awal, demonstrasi berjalan dengan cukup kondusif. Namun, suasana berubah memanas ketika mahasiswa mendesak agar seluruh peserta aksi diizinkan masuk ke ruang sidang DPRK. Padahal, pihak dewan hanya memperbolehkan 30 perwakilan untuk berdialog langsung.

Kericuhan Pecah Menjelang Magrib

Kericuhan mulai terjadi sekitar pukul 17.15 WIB. Massa yang merasa tidak puas berusaha menerobos barikade aparat kepolisian untuk masuk ke dalam gedung. Aksi saling dorong pun tak terelakkan antara mahasiswa dengan aparat yang berjaga.

Ketegangan semakin meningkat menjelang waktu Magrib. Polisi yang sebelumnya telah memberi toleransi hingga pukul 18.00 WIB akhirnya mengambil tindakan tegas. Gas air mata dan semprotan air dikerahkan untuk membubarkan massa. Akibatnya, ratusan mahasiswa terpaksa mundur dan menyebar ke arah Simpang Pelor Meulaboh.

Dalam insiden ini, seorang mahasiswa dilaporkan mengalami luka dan harus mendapat perawatan medis. Meski demikian, secara umum aksi tersebut tidak sampai menimbulkan kerusakan fasilitas umum.

Aspirasi Mahasiswa Tidak Tersampaikan

Koordinator lapangan aksi, Putra Rahmat, menyatakan kekecewaannya terhadap jalannya demonstrasi. Menurutnya, beberapa tujuan utama tidak tercapai, terutama keinginan bertemu langsung dengan Ketua DPRK Aceh Barat yang dikabarkan tidak berada di tempat.

“Kami kecewa karena petisi yang kami bawa tidak ditanggapi secara menyeluruh,” ujar Putra Rahmat, yang juga menjabat sebagai Presiden Mahasiswa UTU. Dalam tuntutannya, mahasiswa membawa beberapa poin penting, antara lain:

  • Mendesak pengesahan Undang-undang Perampasan Aset.
  • Mengevaluasi rekrutmen dan kinerja kepolisian.
  • Membebaskan aktivis mahasiswa yang saat ini ditahan di berbagai wilayah Indonesia.
  • Menuntut evaluasi menyeluruh terhadap lembaga legislatif dan eksekutif oleh lembaga yudikatif.

Putra Rahmat menegaskan, meskipun aksi kali ini tidak sepenuhnya berhasil, pihaknya akan melakukan evaluasi internal dan membuka peluang untuk melaksanakan aksi lanjutan di kemudian hari.

Polisi Ambil Langkah Tegas

Kapolres Aceh Barat, AKBP Yhogi Hadisetiawan, menjelaskan bahwa pembubaran aksi dilakukan semata-mata untuk mencegah potensi kerusuhan. Ia menilai situasi menjelang malam rawan disusupi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Kami tidak ingin ada penyusup yang memicu kerusuhan. Malam hari sulit membedakan mana mahasiswa dan mana pihak lain yang ingin membuat kekacauan,” tegas Kapolres. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa yang tetap berusaha menjaga aksi berlangsung damai dan santun. Polisi bersama TNI serta pihak kampus mengawal ketat jalannya aksi agar tetap terkendali.

Mahasiswa berjanji akan terus mengawal isu-isu tersebut dan kembali turun ke jalan jika aspirasi mereka kembali diabaikan.